Sensori integrasi itu berkaitan
dengan 7 indra yang meliputi pendengaran (telinga), penglihatan (mata),
penciuman (hidung), pengecapan (lidah), sentuhan (kulit), kesigapan tubuh (vestibular),
dan posisi dalam ruang (proprioceptive). Apabila anak di usia dini mengalami
masalah di salah satu dari 7 indra ini dan tidak segera ditangani/terapi, maka
di kemudian hari anak tersebut akan mengalami keterlambatan dalam proses tumbuh
kembangnya.
Kadang kala masalah perilaku anak
yang menurut orang tua masih dianggap wajar dan dapat ditangani, ternyata
penyebab dan efeknya yang tidak kelihatan secara langsung baru diketahui
melalui terapi dan konsultasi dengan dokter/psikolog. Contohnya:
- Penyebab anak terlambat bicara
bisa dari faktor anak belum mengerti, bingung bahasa, lidah belum fasih
mengunyah, atau rahang bermasalah, faktor pencernaan di dalam perut, dll
- Takut masuk kelas sendiri bisa karena malu, trauma,
takut bertemu orang baru/keramaian tapi juga bisa karena ada
ketidakseimbangan motorik sehingga menyebabkan otak tidak dapat memberikan
respons positif atas perilaku anak
Oleh karena itu, ada baiknya
mengonsultasikan tumbuh kembang anak sedini mungkin untuk mengetahui penyebab
dan langkah terbaik apa yang harus dilakukan.
Berdasarkan informasi dari website
Klinik Pela 9, ciri-ciri anak yang mengalami masalah SI antara lain:
Area Taktil/Sentuhan:
- Tidak suka disentuh/dipeluk
- Sering marah bila dalam kerumunan dan cenderung
mengisolir diri dari orang lain
- Tidak merasakan rasa sakit
- Tidak suka bila dipotong kukunya
- Berjalan berjinjit
- Tidak mau menggosok gigi
- Menyukai makanan dengan tekstur tertentu
Area Vestibular:
- Bersikap terlalu waspada atau cenderung ketakutan
- Tidak menyukai aktifitas-aktifitas di tempat bermain
seperti berayun dan berputar
- Tidak bisa naik sepeda
- Takut naik tangga
- Selalu berputar-putar
- Meloncat-loncat
- Berayun sangat cepat dan waktu yang lama
- Mudah jatuh
Area Proprioceptive:
- Sering menabrak atau menendang sesuatu
- Menggigit atau mengisap jari
- Memukul
- Menggosokkan tangan pada meja
- Tidak bisa diam
- Kesulitan dalam naik turun tangga
- Kurang keras atau terlalu keras memegang pensil
- Cenderung ceroboh
- Menggunakan tenaga berlebihan dalam mengangkat
- Postur yang kurang baik
- Menyandarkan kepala pada lengan ketika sedang belajar
- Sering menggertakkan gigi
Hasil dari sensory integration
assessment dan masukan dari terapis:
- Setiap 2 jam sekali, kulit tangan dan kaki digosok-gosok
pakai SI brush (mirip sama nail brush sebesar kepalan tangan) sebanyak 5
kali naik turun, telapak tangan dan kaki 3 kali, punggung vertikal dan
horisontal 3 kali
- Setiap habis mandi atau lagi santai lakukan pijatan
tangan dan kaki dengan cara memutar (seperti dipilin) dan ujung-ujung jari
dipijat mengarah keluar jari untuk melancarkan peredaran darah dan sensor
di bawah kulit
- Tetap melakukan aktivitas motorik yang sudah dilakukan
selama ini seperti jalan kaki setiap pagi dan sore, bermain bersama
teman-teman, naik sepeda, tendang dan tangkap bola, berenang, dll.
- Latih konsentrasi dengan melakukan 1 kegiatan tertentu
sampai selesai tanpa ada gangguan aktivitas lain, suara, dan gambar
bergerak (tv/radio/suara bising lainnya)
- Sumber : http://theurbanmama.com/articles/anak-saya-didiagnosis-pdd-nos.html