Saturday, December 14, 2013

can i open "the door" ?!

Merenung baca beberapa sajak

pada beberapa foto ini.
Anak - anak sejak mereka dalam kandungan sampai dengan dewasa itu merupakan pembelajar hebat. Mereka akan dan ingin melihat dunia, mereka juga harus tahu dunia mereka, & siap menghadapinya. Namun apa jadinya jika kita, orang tua dan guru "membuka pintu" dunia mereka hanya sedikit ?, atau bahkan tidak membukanya dan membiarkan mereka masuk sama sekali ? Hanya mengizinkan mereka mengintip dan melongok saja ? Bagaimana jika kita kurang tepat "membuka pintu" itu ? Tidak ada kata - kata salah dalam "membuka pintu", hanya kurang tepat. Kenapa menggunakan kata kurang tepat ? Karna faktor ekologi pun dapat menjadi landasan awal. Dimana pada teori ini, terdapat lima sistem lingkungan yang dapat mempengaruhi kekurang tepatan cara itu terjadi. Mulai dari mikrosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem yang dialami orang tua atau guru kurang tepat juga. Bagaimana cara memperbaikinya ? Teruslah mencari informasi pembelajaran yang tepat dalam "membuka pintu" dunia anak - anak dengan selanjutnya mengaplikasikannya.

Saturday, September 14, 2013

Sensory Integration Assessment


Sensori integrasi itu berkaitan dengan 7 indra yang meliputi pendengaran (telinga), penglihatan (mata), penciuman (hidung), pengecapan (lidah), sentuhan (kulit), kesigapan tubuh (vestibular), dan posisi dalam ruang (proprioceptive). Apabila anak di usia dini mengalami masalah di salah satu dari 7 indra ini dan tidak segera ditangani/terapi, maka di kemudian hari anak tersebut akan mengalami keterlambatan dalam proses tumbuh kembangnya.
Kadang kala masalah perilaku anak yang menurut orang tua masih dianggap wajar dan dapat ditangani, ternyata penyebab dan efeknya yang tidak kelihatan secara langsung baru diketahui melalui terapi dan konsultasi dengan dokter/psikolog. Contohnya:
  • Penyebab anak terlambat bicara bisa dari faktor anak belum mengerti, bingung bahasa, lidah belum fasih mengunyah, atau rahang bermasalah, faktor pencernaan di dalam perut, dll
  • Takut masuk kelas sendiri bisa karena malu, trauma, takut bertemu orang baru/keramaian tapi juga bisa karena ada ketidakseimbangan motorik sehingga menyebabkan otak tidak dapat memberikan respons positif atas perilaku anak
Oleh karena itu, ada baiknya mengonsultasikan tumbuh kembang anak sedini mungkin untuk mengetahui penyebab dan langkah terbaik apa yang harus dilakukan.
Berdasarkan informasi dari website Klinik Pela 9, ciri-ciri anak yang mengalami masalah SI antara lain:
Area Taktil/Sentuhan:
  • Tidak suka disentuh/dipeluk
  • Sering marah bila dalam kerumunan dan cenderung mengisolir diri dari orang lain
  • Tidak merasakan rasa sakit
  • Tidak suka bila dipotong kukunya
  • Berjalan berjinjit
  • Tidak mau menggosok gigi
  • Menyukai makanan dengan tekstur tertentu
Area Vestibular:
  • Bersikap terlalu waspada atau cenderung ketakutan
  • Tidak menyukai aktifitas-aktifitas di tempat bermain seperti berayun dan berputar
  • Tidak bisa naik sepeda
  • Takut naik tangga
  • Selalu berputar-putar
  • Meloncat-loncat
  • Berayun sangat cepat dan waktu yang lama
  • Mudah jatuh
Area Proprioceptive:
  • Sering menabrak atau menendang sesuatu
  • Menggigit atau mengisap jari
  • Memukul
  • Menggosokkan tangan pada meja
  • Tidak bisa diam
  • Kesulitan dalam naik turun tangga
  • Kurang keras atau terlalu keras memegang pensil
  • Cenderung ceroboh
  • Menggunakan tenaga berlebihan dalam mengangkat
  • Postur yang kurang baik
  • Menyandarkan kepala pada lengan ketika sedang belajar
  • Sering menggertakkan gigi
Hasil dari sensory integration assessment dan masukan dari terapis:
  • Setiap 2 jam sekali, kulit tangan dan kaki digosok-gosok pakai SI brush (mirip sama nail brush sebesar kepalan tangan) sebanyak 5 kali naik turun, telapak tangan dan kaki 3 kali, punggung vertikal dan horisontal 3 kali
  • Setiap habis mandi atau lagi santai lakukan pijatan tangan dan kaki dengan cara memutar (seperti dipilin) dan ujung-ujung jari dipijat mengarah keluar jari untuk melancarkan peredaran darah dan sensor di bawah kulit
  • Tetap melakukan aktivitas motorik yang sudah dilakukan selama ini seperti jalan kaki setiap pagi dan sore, bermain bersama teman-teman, naik sepeda, tendang dan tangkap bola, berenang, dll.
  • Latih konsentrasi dengan melakukan 1 kegiatan tertentu sampai selesai tanpa ada gangguan aktivitas lain, suara, dan gambar bergerak (tv/radio/suara bising lainnya)
  • Sumber : http://theurbanmama.com/articles/anak-saya-didiagnosis-pdd-nos.html